Ironisme Pendaki Gunung Sekarang

Yes Outdoor :Perkembangan pendakian gunung saat ini memang bisa dikatakan pesat. Sayangnya tidak semua penggiat olahraga ini  berangkat dari satu pandangan yang sama untuk menjadi seorang pendaki yang  smart dan bisa membuat seuatu pendakian sebagai sebuah pelajaran yang bisa diperoleh dari alam untuk kita dan untuk sesama penggiatan olahraga ini.

Ada sebuah kegelisahan dari seorang Kang Bayu :) yang merupakan salah satu pendaki senior yang punya motivasi tinggi dan punya semangat juang dan masih aktif  dan terbuka untuk berbagi tentang ilmu pendakian maupun aktivitas alam liar lainnya dalam sebuah  Ironisme Pendaki Gunung Sekarang.

Ironisme Pendaki Gunung Sekarang
Ilustrasi :Theatrical "Manusia & Bumi "
By Ngablu Adventure, pada acara silaturahim PGI korwil Jabodetabek "Edukasi Berbalut Konservasi"

Mendaki gunung adalah kegiatan yang menyenangkan sekaligus menengangkan, dibutuhkan banyak persiapan secara fisik dan mental. Mendaki gunung tidaklah mudah, seseorang harus mempunyai disiplin ilmu serta fisik yang memadai. 

Kegiatan ini diminati oleh siapa saja, semua kalangan yang mempunyai jiwa berpetualang dan kesadaran tinggi atas hakikat manusia terhadap alam, mengukur seberapa jauh kemampuan diri sendiri.

Mendaki gunung selalu menjadi sarana melepas emosi, merendahkan hati terhadap tuhan sang pencipta alam, membuang sifat angkuh dan sombong, memperkuat kerjasama tim sesama pendaki serta membuat manusia sadar secara naluriah.

Seseorang yang ingin mendaki gunung harus tau betul persiapan apa yang harus dipenuhi sebelum mulai mendaki, mulai dari : kesiapan mental dan fisik, pengetahuan tentang alam, manajemen emosi, kerjasama tim, dan sebagainya yang menunjang kegiatan alam. 

Disiplin adalah hal yang sangat essensial dalam mendaki, seseorang yang tidak disiplin secara mental tentu akan menyusahkan diri sendiri atau kelompoknya. Disiplin tentunya juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sampai hal yang terkecil sekalipun. 

Karena itu lahirlah sebuah kode etik pemuda pencinta alam se-Indonesia yang sadar bahwa alam raya ini adalah tanggung jawab kita sebagai manusia kepada tuhan, bangsa dan tanah air.

Dahulu olahraga ini hanya diminati oleh sebagian orang saja, karena alasan diatas tadi. Sekarang siapa saja bisa menikmati olahraga ini bahkan orang yang tidak tau aturan sekalipun. Kita sekarang banyak menemukan sampah berserakan, coretan yang menggunakan bahan permanen dan perilaku jahil para pendaki. 

Bahkan gunung kini pun dijadikan sarana bisnis bagi warga penduduk setempat sebagai porter mungkin ini salah satu dampak positifnya. Beberapa bulan lalu sebelum saya membuat tulisan ini, muncul film lokal yang berbasis novel tentang pendakian yang banyak dikritik para pencinta alam. 

Karenanya banyak korban kelabilan dari film tersebut, mendengar cerita dari penjaga pos beberapa gunung secara langsung dan lewat forum, katanya :

“Dengan entengnya pemuda dan pemudi labil bermental feodal masuk gunung tanpa aturan karena terpengaruh romantisme film tersebut. Dengan barang bawaan seadanya tanpa perencanaan mereka menyewa porter lalu mendaki, pada akhirnya beberapa dari mereka banyak yang celaka.”  

Begitulah kabar yang beredar, kita tidak bisa juga menyalahkan film (realitas yang dibuat tanpa konsep alami) akan tetapi dari para individu masing-masing.

Sekali lagi perlu disadari bahwa gunung adalah tempat kehidupan alami dari banyak makhluk hidup yang ada di dalamnya, Alam raya mesti dijaga dan dilestarikan. Kritik ini bukan secara objektif menyudutkan film tersebut akan tetapi lebih kepada mental individu pendaki.

Ironisnya budaya seperti ini tidak hanya terjadi di gunung saja, namun kita lihat kehidupan masyarakat kita yang semerawut tanpa aturan. Hal sederhana ini mencerminkan pola kehidupan yang sebenarnya dari masyarakat kita. Padahal dahulu kala orang timur adalah bangsa-bangsa yang paling menghargai alam. 

Dalam setiap aktivitas yang kita lakukan pasti berhubungan dengan seni agar keasliannya tetap terjaga secara natural dan segala aturan yang melekat pada objeknya, begitu juga mendaki gunung, diperlukan pemahaman akan seni mendaki. Bagaimana menciptakan aturan main tersendiri berdasarkan hakikat kita sebagai manusia sesungguhnya yang membaur dengan alam. 

Begitulah kondisi gunung sekarang dan kedepannya apabila manusia tidak punya aturan dan sikap menjaganya. tentunya kita berharap agar terciptanya kesadaran dalam kegiatan apapun.

Dengan adanya tulisan yang singkat ini saya berharap para pendaki kemudian menyadari dan menghormati tata kehidupan yang ada pada alam sekitar bukan hanya di gunung saja ! 

Karena sejatinya kehidupan di alam bebas seharusnya membuat manusia rendah hati terhadap sang pencipta, tempat membuang mental sombong dan angkuh. 

Sekali lagi, manusia menjadi salah satu faktor penentu bagaima alam kita kedepannya. “Jagalah alam maka alam akan menjagamu.”

Posting Komentar

0 Komentar