Ini Curhat Tentang Pendaki Gunung

Yes Outdoor : Ngomongin tentang mendaki gunung seolah hampir tiada berbats. Makanya gak pernah cukup waktu untuk membicarakan aktivitas yang kini semakin banyak digemari orang ini.

Saat kita berkumpul dengan para pegiat aktivitas ini, katakanlah para pendaki maka bergelas-gelas kopi bisa jadi tidak terasa telah habis ataupun dingin.

Atau bisa juga sampai malam berganti pagi obrolan belum juga tuntas, hanya mata saja yang tak kuasa bertahan untuk terus melanjutkan obrolan tersebut.

Banyak hal positive yang bisa didapat dari aktivitas pendakian. Itu pasti! Meskipun sekarang juga tak jarang kita mendengar mulai marak efek negativ dari aktivitas para pendaki gunung.

Yang banyak mendapat sorotan adalah masalah sampah sebagai cermin kesadaran mereka untuk mau menjaga kelestarian alam. Ingat, sampah non organik akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk bisa terurai.

Adalagi makin banyaknya korban yang celaka ataupun sampai meninggal di gunung. Sangat ironis sekali menghadapi kenyataan ini.

Bila sedikit mau menganalisa, salah satu sebabnya adalah skill dan persiapan yang tidak memadai untuk melakukan pendakian.

Ingat, mendaki gunung itu membutuhkan skill khusus yang ditunjang oleh peralatan dan persiapan fisik maupun mental yang sempurna. Bahkan tidak sekedar segitu, karena harus ditunjang dengan management yang baik pula.

Jika para pendaki jaman dulu kebanyakan mereka berangkat dari satu kelompok oraganisasi pecinta alam, baik itu sispala, mapala maupun organisasi pecinta alam dan pendaki gunung yang bersifat umum.

Mereka memiliki mekanisme yang jelas dan diberlakukan bagi seluruh anggotanya sebelum benar-benar bisa bergabung dengan organisasi atau kelompok tersebut dan mengikuti berbagai macam pendakian yang mereka lakukan.

Artinya, semua mendapatkan materi yang menunjang kegiatan pendakian gunung maupun aktivitas outdoor lain seperti navigasi darat, survival, botani, caving, arung jeram dan lain sebagainya.

Yang gak ketinggalan adalah materi tentang bagaimana cara menghargai dan mencintai alam seperti yang disepakati bersama dalam sebuah Kode etik Pecinta Alam! 

Saya salah satu yang percaya bahwa saat ini banyak pendaki yang jadi korban eksistensi di sosial media yang tergiur oleh keren dan indahnya foto-foto di ketinggian.

Ini Curhat Tentang Pendaki Gunung
Naik gunung tidak selalu tentang keindahan, ada kalanya tentang usaha untuk bertahan hidup
Gak ada salahnya sih dengan hal itu, selama bekal ilmu dan semua hal terkait aktivitas pendakian terpenuhi. Ingat! Gak sekedar ilmu, tapi harus didukung juga oleh persiapan mental dan fisik yang sempurna seta management yang baik berlandaskan Kode Etik Pecinta Alam.
Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah bisa mendapatkan pelajaran dari pendakian yang kita lakukan, kecuali hanya foto-foto eksis dan ucapan suka, Like!

Ingatlah kita mendaki gunung yang nantinya juga akan didaki oleh sangat banyak orang lain yang tidak semuanya kita kenal. Salah satu yang ingin mereka nikmati adalah keindahan alam.

Dari setiap pendakian sudah seharusnya kita bisa membangun karakter yang baik, kuat, memiliki jiwa sosial dan kebersamaan yang tinggi serta memiliki kesadaran bahwa alam ini tercipta tidak hanya untuk kita nikmati, tapi banyak orang lain juga ingin menikmati alam yang asri dan tidak rusak! Artinya setiap orang memiliki tanggung jawab untuk membuatnya tetap lestari!

Jadi mulai sekarang, mari kita bersama-sama menanamkan kesadaran pada diri sendiri untuk jadi seorang pendaki yang peduli dan bisa belajar dari setiap pendakiannya.

Nah untuk para pendaki karena korban sosial media, jika memang alam telah menjadi satu tujuan dan pilihan, maka jangan ragu dan sungkan untuk belajar bersama dan ikut dalam suatu club, komunitas maupun organisasi pndaki gunung atau pecinta alam.

Karena kita tidak akan cukup hanya berbekal informasi untuk sampai ke gunung lalu mendakinya tanpa memiliki bekal ilmu dan pengetahuan tentang pendakian yang memadai. Bisa jadi malah akan menjadi korban-korban berikutnya yang  menambah daftar panjang raport merah pendakian di Indonesia.

Untuk mendapatkan berbagai ilmu pendukung kita juga bisa mengikuti bermacam kursus singkat yang banyak diselenggarakan oleh berbagai fihak yang aktiv dalam kegiatan alam bebas.

Sosial media? Bolehlah kita aktif dan mengumpulkan info dari sana, tapi jangan selalu berharap mendapatkan ilmu dan pengalaman dari sana. Sangat sedikit yang kita peroleh jika hanya mengandalkan obroldan di sosial media ( yang terkadang liar dengan sedikit solusi ), kecuali informasi jualan peralatan pendakian maupun info open trip :)

Posting Komentar

0 Komentar