Pendakian Spartan Sumbing - Sindoro

Yes Outdoor : Akhirnya sampai juga di pertigaan menuju basecamp pendakian gunung Sumbing, setelah menempuh perjalanan yang lama dan amat melelahkan. 30 jam lebih kami habiskan untuk bisa sampai di lokasi ini.

Lokasi pendakian yang sudah sangat lama tidak saya kunjungi. Lima, sepuluh, lima belas tahun lebih ternyata saat terakhir kali saya mendaki gunung Sumbing, meskipun beberapa tahun lalu sempat mendaki gunung Sindoro.

Suasana saat itu masih gelap, maklum jam baru menunjukkan 01:40 WIB. Langsung saja kami menyeberang jalan menuju sebuah masjid di desa Garung. Istirahat beberapa saat dan melanjutkan perjalanan menuju basecamp pendaftaran bagi pendaki gunung Sumbing. Ups.. sejenak jadi ingat pendakian ageng di gunung Sumbing doeloe.

Dulu basecamp ini terletak hampir diujung jalan, tetapi saat ini telah dipindahkan mendekat sebelum tower. Konon sekitar tahun 2001 atau 2002 menurut keterangan dari seorang bapak yang bertugas disana dihirai itu. Alhamdulillah, jadi gak harus berjalan jauh di pagi yang masih buta itu.

Pendakian Gunung Sumbing
Itu Sindoro, besok kita kesana :)

Kami segera masuk ke basecamp untuk melaporkan rencana pendakian kami. Sejenak kemudian proses perijinan-pun selesai, tapi kami tidak langsung mendaki dengan beberapa alasan :
1. Masih jetlag
2. Masih terlalu dini
3. Memulihkan stamina dulu

Saat itu basecamp benar-benar dipenuhi oleh para pendaki dari berbagai daerah, sehingga mereka banyak yang bermalam di dalam maupun sampai ke pelataran basecamp. Benar-benar penuh sesak.

Sementara Neng Rini sudah terlelap dalap balutan sleeping bag, saya mengisi waktu dengan sebuah obrolan ringan dengan beberapa pendaki asal Semarang, karyawan sebuah perusahaan white coffee yang sepertinya mereka anak buah papa chalis :) teman satu angkatan dulu.


Pagi, Sarapan, Mendaki

Saat itu (26/12), waktu telah beranjak meninggalkan angka lima pagi, kami mulai sibuk mempersiapkan diri untuk pendakian. Rencana kami adalah mendaki pagi, ngecamp antara Pos 3 dan Pestan.

Akhirnya kami realisasikan juga perjalanan kami setelah sarapan pagi tentunya, langsung  test adrenaline menggunakan ojek, sekitar 10 - 15 menit mungkin. Ups.. mendaki kok ngojek sih? Ah.. gapapa.. ke Raung juga kita ngojek kok :) hehe..

Ada yang istimewa dengan ojek di gunung Sumbing, mereka membawa penumpang di depan joki saat naik. Dan.. yang bisa menghilangkan rasa kantuk adalah suara knalpot dari mesin motor serta medan yang berbatu dan lari dengan kecepatan lumayan.

Untuk itu, kita menebusnya dengan 25 ribu rupiah dari basecamp sampai ke Pos 1 pendakian. Tapi lumayanlah untuk menghemat waktu dan juga tenaga. Karena jika kita berjalan tentunya bisa ngabisin waktu satu jam lebih.

Salah Satu Menu Wajib :) Enak Buat Ngobrol Santai

Pos 1 - Pestan [ Nemu Teman Baru ]

Perjalanan dimulai sesaat setalah turun ojek, dengan saling berbagi cerita bagaimana rasanya ngojek. Dan sepertinya itu bisa bikin kangen untuk mencobanya kembali, apalagi dulu gak ada ojek di Sumbing.

Sambil berjalan, kami ngobrol sana sini, juga nikmatin suasana dan pemandangan yang cerah pagi itu. Banyak juga para pendaki yang memutuskan untuk naik pagi. Setidaknya kami ketemu rombongan dari Surabaya, Malang, Semarang, Yogya, Solo, Jakarta, Bekasi dan banyak yang lainnya.

Dalam perjalanan menuju Pos 2 entah bagaimana awalnya, ternyata kami nyetel denga trio wal wil wul ( mas Oonk, mang Dudung dan Mia ) dari Cibubur. Ada yang kocak, ada yang diam-diam menghanyutkan wkk.. ada juga satu cewek yang turunnya sambil ngesot sampai Pos 1, tapi ah, sudahlah :)

Mulai dari sana, kami selalu berjalan hampir bersama, seperti satu tim yang berangkat bareng. Saat istirahat, maupun break dan mendirikan tenda di bawah Pestan.

Dari sana kita mulai berbagi banyak hal, termasuk kisah perjalanan dan juga konsumsi dan semangat.
Pendakian Gunung Sumbing
Pagi itu Kami di Puncak Gunung Sumbing

Jam satu siang lewat dikit kami mendirikan tenda disebuah area sebelum Pestan. Niat kami adalah melanjutkan pendakian menjelang fajar. Maklumlah, karena waktu itu terik benar-benar terik yang bisa membuat kita boros air dan.. begitulah, tentu tahu seperti apa teriknya gunung Sumbing.

Foto Hunt

Sesi ini kami manfaatkan pada sore hari, sekitar 15:30. Niat awal adalah mau muncak, tapi kami urungkan. Hanya jalan-jalan sore doang mendekati area Watu Kotak karena sunset dari sana itu indah.

Benar saja, ketika matahari perlahan menuju peraduannya di barat sana, aura cahaya berubah menjadi kemerahan. Dan itu adalah saat-saat yang amat sayang jika dilewatkan.

Saat itu, kami ( saya, Neng Rini& mang Dudung ) seolah berusaha untuk bisa mendapatkan moment terbaik dari peristiwa alam, sunset.Tentunya juga diselingi foto diri di sore yang indah itu.

Buset dah, gak rugi kita cape-cape berjalan jauh meninggalkan tenda, untuk mendapatkan pemandangan terindah. Jeprat jepret jeprat jepret, pose sana pose sini, obrol sana obrol sini, ketawa, becanda dan dilengkapi dengan suguhan pop corn yang sengaja kita buat sebelum photo session :) Nikmat dan indah berpadu jadi satu pokoknya dah.

Setelah matahari tenggelam, kembalilah kita ke tenda, dilanjutkan dengan masak untuk makan malam maupun cemilan pengisi malam yang cerah dengan bulan bersinar full, meskipun sepanjang malam angin bertiup sangat kencang.

Mengejar Puncak

Tertidur, dan terbangun lagi sekitar pukul tiga dinihari, mempersiapkan kembali perjalanan ke puncak dalam hembusan angin dan suhu dingin. Perjalanan muncaknya sendiri merupakan suatu perjuangan yang membutuhkan fisik dan mental ekstra.
Basecamp, Kledung. Urus Simaksi Anda disini sebelum mendaki gunung Sindoro

Bermodal bekal seadanya (kalau tidak mau disebut minim :) ) kami berlima menyusuri setapak dalam gelap. Lama kemudian mang Dudung sudah gak keliatan, tinggal kami berempat yang terus seiring sejalan mendaki sampai benar-benar mencapai puncak gunung Sumbing.

Saat itu sempat kami ketemu mang Dudung, yang turun duluan. Gak tahu ada apa, mungkin dia mau nonton Sponge Bob di tenda hehe..

Di puncak ternyara penuh sesak juga, hingga harus ngantri untuk sekedar berfoto dengan plakat puncak hobbit gunung Sumbing. Tapi bagaimanapun itu adalah bagian dari perjuangan untuk bisa berdiri dan mengabadikan momen pendakian gunung sumbing, meskipun saya sudah sering kali berada disana :) tetapi tetap aja suasananya berbeda.
Langkah pagi menuju puncak

Gak harus berlama-lama disana, akhirnya kami turun kembali, lagipula saya dan Neng Rini ada rencana untuk mendaki Sindoro esok paginya. Singkat cerita, kita menemukan banyak pendaki yang baik hati yang mau berbagi rasa sedikit air dan snack :) Alhamdulillah ya Allah.

Terus berjalan, sampai juga kami di tenda, istirahat bentar, masak, makan, bongkar tenda dan melanjutkan perjalanan turun pada pukul 13:10. Berjalan menuruni jalur yang rusak memang butuh perjuangan dan keberanian serta membutuhkan analisa jalur yang  mau dilewati supaya tidak kejebak medan yang susah.

Akhirnya sampailah kami di basecamp sekitar pukul tiga sore. Laporan ke basecamp, bersih-bersih dan lanjutkan perjalanan menujur basecamp Sindoro di Kledung. Tapi kami mampir dulu ke SPBU Kledung untuk membersihkan diri, setelah sebelumnya mampir di sebuah warung makan soto dan ayam goreng deket situ.

Ketemu Bro Hari

Dalam perjalanan ke SPBU, saya jalan kaki. Pada suatu kesempatan tiba-tiba ada motor matic yang sepertinya sengaja menghadang langkah saya. Sesaat kemudian ada sebuah senyum yang cengengesan dari ridernya, yang sepertinya saya kenal.


Ternyata memang saya mengenalnya. Bro Hari yang sebelumnya nanjak Slamet bareng, bahkan sempat juga ke Sindoro sebelum saya ke Raung yang lewat Bondowoso.

Singkat kata, kita melanjutkan obrolan di basecamp Sindoro. Berkenalan dengan tim Sumbing sebelum mereka melanjutkan perjalanan pulang. Akhirnya malah itu digunakan untuk ngobrol tentang rencana pendakian Sindoro dan juga hal lain diluar pendakian, seperti.. ups.. rahasia :) hehe.. gak lah obrolan biasa.

Malam itu juga kita belanja segala keperluan untuk pendakian besok pagi untuk kebutuhan personal maupun tim. Dan alhamdulillah semua bisa diperoleh dari lokasi yang tidak jauh dari basecamp. Listnya banyak dah : gula, kopi, teh, agar-agar, kacang hijau, gula, bermacam kueh, susu, tempe mentah, bumbu, coklat, roti, multi vitamin, permen, mie instant dan banyak lagi.

Pendakian Sindoro

Dari rencana semua pendakian pagi, sekitar pukul 6 ternyata harus diundur karena kita mengalami kesulitan mendapatkan air untuk bekal masak selama pendakian. Alhasil, rencana pun mundur satu jam lebih dan dimulai dengan  naik ojek. Maklumlah.. untuk mempersingkat waktu dan hemat energi, karena ongkosnya juga tidak terlalu mahal. Kita cukup membayar mahar sebesar 15 ribu yang lebih murah 10 ribu dibanding ojek di Sumbing untuk sampai di ujung jalan batu.

Dimulai dengan doa bersama, pendakian akhirnya sampai pada langkah pertama sekitar pukul 8 pagi. Bermodal sisa tenaga pendakian Sumbing hari sebelumnya, Neng Rini dan saya masih tetap semangat untuk menyusuri jalur pendakian, meskipun kadang merasakan fisik yang kurang fit.
Area Pos 3, Lokasi favorit para pendaki untuk mendirikan tenda

Kami berempat ( Saya, Neng Rini, bro Hari dan Huda ) berjalan beriringan, sesekali bersama dan kadang juga pecah dalah 2 atau tiga bagian. Tetapi masih dengan kesadaran untuk bersama-sama, menunggu di tempat-tempat tertentu.

Akhirnya sekitar jam 9 sampailah kami di Pos 2. Setelah break beberapa menit, kami lanjutkan perjalanan menuju ke Pos 3. Umumnya perjalanan Pos 2 ke Pos 3 bisa ditempuh sekitar 1,5 jam - 2 jam tergantung kecepatan jalan kita. Dan kami bisa mencapai Pos 3 saat jam menunjukkan 10:45, hampir jam sebelas siang.

Nampak disana banyak berdiri tenda pendaki yang bermalam. Mungkin sisa pendakian hari sebelumnya. Pos 3 memang luas dan menjadi area favorit untuk ngecamp saat mendaki gunung Sindoro, tapi jika ngecamp disana harap waspada dengan tenda dan isinya, karena area ini dikenal rawan pencurian.

Isoma

Seperti rencana awal, kami akan melakukan istirahat, sholat dan makan di area Pos 3 ini. Setelah menemukan lokasi yang pas, segera kami bongkar tas dan mengeluarkan segala yang dibutuhkan untuk masak air, nasi, sayur dan lauk pauk.
Pos 3, semua sadar tugas masing-masing. Duh bro Hari gak sopan tuh, yang lagi masak Sop

Tanpa ada komando, sepertinya tim ini sudah tahu harus berbuat apa. Semua mengerjakan yang bisa dikerjakan untuk satu tujuan bersama yaitu bisa makan dan istirahat serta shalat dengan nyaman.

Semua itu berlangsung sampai sekitar pukul satu siang (menurut catatan bro Hari) dan kami melanjutkan perjalanan untuk menuju puncak Sindoro mengejar sore saat sunset di barat.

Perjalanan dari Pos 3, Pos 4 hingga Puncak merupakan perjalanan yang penuh perjuangan, karena kemiringan medan dan ketinggian yang tidak sama seperti area sebelumnya, belum lagi harus berjalan dalam rintik hujan dan kabut yang seperti menyelimuti kami.

Banyak pendaki yang berkata, "buse dah ini gunung. Ampun deh. Haduh dll" yang bisa menggambarkan bagaimanakah kondisi saat mengejar puncak. Padahal hampir semua pendaki tersebut sedang dalam proses turun gunung setelah muncak lebih awal dari kami.

_Pelangi menjelang senja dengan latar tumbuhan mati di lapangan puncak Sindoro

Alhamdulillah menjelang pukul 5 sore, kami berhasil mencapai puncak secara berurutan Neng Rini, Saya, Huda dan bro Hari. Suasananya sepi hanya kami ber empat ditemani dengan gerimis dan kabut serta asap dari kawah yang sedang aktif.

Saling mengucap selamat dan foto-foto seperlunya menjadi acara kami selama beberapa saat dipuncak Sindoro, sebelum kami putuskan melanjutkan perjalanan untuk turun ( mencari lokasi untuk ngecamp malam, karena memang kami tidak niat untuk jalan malam hari ).

Dalam perjalanan tersebut kami sempat terkena serangan gas disertai asap putih dari kawah Sindoro yang membuat kami kesulitan bernafas, bahkan orang yang pertama muncak dan berdiam diri cukup lama dipuncak sampai tidak bisa bernafas dan gak sanggup berdiri.

Oxigen setelah serangan gas beracun di puncak Sindoro

Untungnya tim kami melengkapi perjalanan dengan membawa 2 buah tabung mini oxigen yang bisa jadi senjata andalah untuk menolong Neng Rini yang katanya berasa seperti dicekik dan hidung disumbat. Baca Kisah Dramatis & Mencekam Di Puncak Sindoro

Kisah Dramatis & Mencekam di Puncak Sindoro

- See more at: http://yes-outdoor.blogspot.co.id/2016/01/kisah-dramatis-mencekam-di-puncak.html#sthash.Hn7l3GRF.dpuf

Syukur alhamdulillan, tim ini segera sigap untuk memberikan pertolongan dan berusaha membantu korban untuk bisa pulih serta menuju lokasi yang aman.

singkat cerita, kami semua bisa mengatasinya dan melanjutkan perjalanan mengelilingi kawasan puncak Sindoro ke lokasi yang lebih aman dari terpaan asap beracun. Berjalan menyisir lapangan, turun dan naik cekungan, dan menyempatkan untuk shalat Ashar sampai akhirnya kami sampai di lokasi untuk turun.

Disanalah kami mendirikan tenda untuk bermalam, masih dikawasan puncak dekat dengan jalur turun ke arah Sigedang. Setelah tenda berdiri, masak, makan malam, minum, ngemil dan istirahat di malam yang cerah dengan angin yang tidak seperti biasanya, kali ini angin begitu tenang dan bulan masih tetap bersinar cerah.
Take foto sebelum turun Sindoro, bro Hari paling Narsis :)

Tanpa terasa, kami semua terlelap dan masuk dalam alam tidur kami, setelah  obrolan sejenak, makan malam, minum dan menikmati bubur kacang ijo bro Hari sampai terbangun kembali pagi harinya yang dilanjutkan dengan masak, minum, makan, bongkar tenda, packing, foto bareng dan turun menyusuri jalur menuju basecamp Sigedang yang kami tempuh sekitar 3 jam dari pukul 8:15 hingga 11:15 siang sudah santai dan memesan mie rebus serta teh manis di basecamp. Tak lupa juga kami membersihkan diri sebelum santap siang dan melanjutkan perjalanan pulang bro Hari dengan Huda kembali lagi ke basecamp Kledung karena memang kendaraan mereka terparkir disana.

Semoga setiap perjalanan, kita bisa mengambil hikmahnya dan menjadi modal untuk perjalanan kita pada episode berikutnya.

Terima kasih untuk semua tim pendakian Sumbing dan Sindoro, meskipun kita tidak satu tim yang sama pada kedua pendakian itu. Khusus untuk bro Hari dan Huda pokoknya wow..

Posting Komentar

2 Komentar

Silahkan meninggalkan jejak disini bro & sist :)