Sepotong Kisah Mendaki Gunung Guntur

Yes Outdoor : Pfff... perjalanan panjang 28 Februari - 2 Maret baru saja dilewati. Gunung Guntur, baru saja dikunjungi. Memberi kesan dan banyak cerita dari perjalanan kesana.
Perjalanan yang dimulai dari Citiis setelah sebelumnya berkumpul di alun-alun Targong Garut. Meski sebagian rekan pendakian baru pertama ketemu malam itu tapi seperti kisah-kisah sebelumnya, kami pulang sebagai saudara :)

Alkisah, pendakian kami mulai pada Sabtu pagi. Bukan waktu ideal untuk mendaki ke Guntur sebenarnya (menurut saya) karena bisa dibayangkan, menyusuri jalur berpasir dengan area terbuka ditengah terik sinar mentari. Tapi semua itu terhapus dengan sajian indah pemandangan dan candaan disela-sela langkah kaki kami.

Sumber air alami
Diawali dengan numpang truk pasir yang akan membawa muatan selama sekitar satu jam perjalanan, mata ini dimanjakan dengan sajian batuan alam serta puncak gunung Guntur yang selalu nampak. Sempat susah payang melewati  rute jalanan berbatu karena medan yang cukup sulit dan licin, akhirnya sampai juga kami ditempat truk itu mengisi muatan.

Perjalanan dilanjutkan menuju curug citiis disebelah kanan jalur pendakian. Tidak butuh waktu lama, karena memang lokasinya relatif sudah dekat. Sekitar 15 - 30 menit kita telah mencapai titik air yang meluncur dari tebing, membuat semangat dan badan semakin segar. Kami menyempatkan diri untuk mengambil air dan bahkan mandi, atau sekedar membasahi tubuh dengan air alaminya.
Camping Ground
Perjalanan terus berlanjut, menyusuri jalan setapak, medan berpasir dan terus menanjak. Bener deh, ini gunung tidak memiliki bonus. Hampir sepanjang jalan kita dikasih tanjakan berpasir, tapi itu tidak memupus semangat kami untuk terus melangkah.

Sempet pula kami ditampar badai :) setelah sebelumnya kabut tebal dan rintik hujan turun yang membuat basah tubuh ini. Gak banyak tempat untuk berlindung dari tiupan angin tersebut. Untungnya hal itu tidak berlaku lama, dan benar, badai itupun berlalalu digantikan dengan jaur yang basah.

Pemandangan indah ditepi sungai, sambil tiduran memotret Elang & Capung yang terbang
Terus saja kami berjalan, hingga satu persatu dari kami menginjakkan kaki di puncak Guntur Satu sebagai lokasi yang dipilih untuk ngecamp. Segera kami dirikan tenda siang itu.

Ternyata gunung Guntur kedatangan banyak pendaki hari itu, dan mereka juga mendirikan tenda ditempat yang sama dengan kami. Betapa nikmatnya ditengah udara dingin tersaji minuman hangat, bersambung dengan makan dengan menu sederhana, ikan asin dan sarden sudah lebih dari cukup untuk santap siang kami.

Malam itu, aktivitas kami selain api unggun adalah tidur :) ya pasti lah jo.. tidurr.. hingga esoknya kami mengejar sunrise yang cukup indah. Pemandangan canggih gunung Papandayan, Cikuray, Galunggung, Ciremai bahkan gunung Slamet terlihat jelas dengan asap yang mengepus dipuncaknya.
Gak taulah apa ini :)
Perjalanan kami hari Minggu pagi adalah menuju puncak Guntur 2 yang berhasil kami gapai sekitar 30 menit dari lokasi kemah kami. Sedikit selebrasi dan ucapan rasa syukur, kami abadikan moment dengan berfoto ria. Setelah puas disana, perjalanan kami lanjutkan dengan turun menuju tenda, melalui medan yang hangat karena aktivitas fulkanik. Pada sore hari sebelumnya area tersebut terlihat jelas mengeluarkan asap.

Turun Gunung
Setelah sampai, segera kami kemasi tenda, repacking dan turun gunung. Kembali kami menyusuri medan berpasir yang licin dan mudah longsong. Apabila sebelumnya kami mendaki dengan bersusah payang untuk bisa tetap maju, kali ini kami harus bersusah payah untuk tidak terjatuh dan meluncur kebawah.

Sebaiknya kita mengenakan gaiter supaya pasir-pasir itu tidak masuk kedalam sepatu. Perjalanan turun tidaklah terlalu lama. Butuh waktu sekitar 1,5 jam untuk bisa sampai kebawah (area penambangan pasir).
Truck pengangkut pasir
Kembali kami singgah di curu Citiis untuk membersihkan diri, mandi, menghangatkan badan dengan kopi panas dan mie rebus :) Setelah semua dirasa cukup perjalanan-pun dilanjutkan.

Betapa beruntungnya saya bersama bang Brandal dan Dedy yang mendapatkan tumpangan geratis untuk sampai di masjid tempat kami memulai pendakian. Karea itu artinya kami tidak harus mengeluarkan tenaga ektra.

Akhirnya, kembali lagi ke peradaban. Tapi sayang sekali, saat pulang cover bag saya robek karena ulah kernet angkutan umum yang tidak ciamik. Duh, nambah-nambahin anggaran saja :)

Bagi kawan-kawan yang ingin melakukan pendakian ke Guntur, sekali lagi saya sarankan untuk mengenakan gaiter, menghindari masuknya pasir ataupun krikil kedalam sepatu. Kalau memungkinkan mendaki malam, itu akan jadi bonus tersendiri ketika melihat pemandangan lampu-lampu kota.

Dan, jangan lupa bawa kembali sampah kita. Syukur-syukur kita juga bisa membawa sampah lain yang tertinggal.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Thanks bro sharingnya, minggu depan target kesana, nanjak sampe puncak 1 berapa lama bro........ nd disana ada guide lokal ? Salam lestari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren ya.. thanks udah mampir bro :) sharing dong pengalaman di Guntur nya :)
      Puncak satu bisa didaki sekitar 2-4 jam tergantung kecepatan kita dan juga faktor cuaca serta pilihan waktu pendakiannya :) *sorry telat reply yah..

      Hapus

Silahkan meninggalkan jejak disini bro & sist :)